Pages

  • Home
  • Award(s)
Tweets by @ItsoRain

Inside The Author's Mind:

  • About Movie Review
  • Travelling

Contact the Author:

Name

Email *

Message *

Blog Archive

  • ►  2015 (1)
    • ►  December (1)
  • ►  2014 (3)
    • ►  October (3)
  • ►  2012 (30)
    • ►  October (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (12)
    • ►  May (14)
    • ►  April (1)
  • ▼  2011 (62)
    • ►  September (7)
    • ►  August (1)
    • ►  July (4)
    • ►  June (7)
    • ►  May (7)
    • ►  April (12)
    • ▼  March (13)
      • Apakah Aku Sudah Terlambat? (end)
      • Apakah Aku Sudah Terlambat? (part 3)
      • Apakah Aku Sudah Terlambat? (part 2)
      • Apakah Aku Sudah Terlambat? (part 1)
      • Ternyata, isi dan covernya SANGAT berbeda!
      • Pray For Japan!
      • I think, i hope, he is the best for me
      • Twitter Friends xoxo-part 1
      • Dia anak twitter juga...
      • Kakak yang ganteng itu ternyata......
      • Twitter Brothers \m/
      • I'm getting jealous
      • Gue-Twitter-Masalah
    • ►  February (11)

Followers

Thursday, 24 March 2011
In: cerpen , Cowok , Gue , Sekolah , SMA

Apakah Aku Sudah Terlambat? (end)

Aku tersadar dan mencium aroma yang khas. Aku tahu, aroma rumah sakit. Aku berusaha untuk membuka mataku, namun mataku tak bisa kubuka lagi. Tapi aku masih bisa mendengar dan berbicara. Kudengar tangisan ibuku dan suara paman James yang menenangkan ibu. Samar-samar juga terdengar suara aunty Marry dan Janet. Ada apa ini? Mengapa mereka semua ada disini seolah-olah aku akan meninggalkan mereka? Aku masih menyuarakan hal ini didalam hati.

“Rasya, bangun nak! Kamu kenapa? Mamah nggak mau kehilangan kamu nak..,” suara ibuku terdengar jelas ditelingaku.

“Mah...,” aku mendengar suaraku yang sangat parau. Seketika ruangan ini menjadi sangat sunyi. Mamah kembali bicara padaku.

“Ya sayang? Kamu sudah bangun nak? Mamah sudah menunggu kamu seminggu disini..,”
Apa? Seminggu? Mamah ini mengigau ya? Apa selama itukah aku tertidur? Pertanyaan itu menghantui diriku sendiri.

“Mah, Rasya sayang banget sama mamah. Rasya udah capek Mah sama hidup Rasya. Mamah tau, Rasya udah nggak bisa buka mata Rasya lagi, sakit banget rasanya. Rasya cuman mau bilang kalau Rasya udah berniat buat berubah. Rasya udah mau berhenti sama semuanya. Tapi kayaknya semua ini udah terlambat Mah. Rasya sayang sama Mamah...,” ujarku dengan suara yang sangat pelan.

“Rasya, Mamah gak suka kamu ngomong gitu, tau! Mamah yakin kamu kuat! Kamu anak mamah yang mamah paling banggain! Kamu pasti bisa Sya..,” kudengar mamah mulai menangis.

“Rasya sayaaaaang banget sama mamah. Paman James, aunty Marry, tolong jagain mamah. Rasya minta maaf kalo Rasya bikin keluarga kita berantakan. Dan Janet...” ucapanku terhenti.

“Ya Bang?,” Janet menjawab dengan diiringi tangisan kecil.

“Makasih Net kamu udah mau bawa abang ketempat rehabilitasi itu. Abang gak akan bikin aunty kecewa kan? Abang kan gak jadi pasien disana, hehe...” kataku mencoba bercanda untuk mencairkan suasana. Namun seperti yang kuduga, aku gagal.

“Abang..... Jangan tinggalin Janet bang.. Janet gak punya abang lagi, Janet sayang banget sama abang! Janet kan belom kasih abang kejutan, Janet belom ajak abang jalan jalan, Janet masih kangen sama abang...,” tangis Janet.

“Net, abang cuman pesen, jagain mamah abang ya. Anggep aja kayak mamah kamu sendiri. Abang takut nanti mamah abang kesepian. Mamah abang selalu pengen punya anak perempuan kayak kamu..” ucapku sambil menahan rasa sakit di dadaku.

“Tapi Bang, tapi....” tangis Janet semakin keras.
Aku mulai merasakan detak jantungku tak lagi normal. Aku merasakan sakit yang teramat sangat di bagian dada. Aku tahu, Tuhan akan mengambilku kembali dari dunia ini. Aku sudah tidak tega melihat semuanya menangisi aku yang lemah ini. Kudengar mereka memanggil- manggil namaku. Dan suara terakhir yang kudengar adalah suara mamah yang memanggil namaku dengan lengkap sambil menangis. Maafkan aku, Mamah.

*** epilog ***

Kamar Rasya, 1 Hari sebelum kecelakaan.

Kulihat amplop coklat yang berada dikamarku. Aku ragu ragu, apakah aku sanggup untuk membacanya. Kubulatkan hatiku dan meyakinkan diriku sendiri bahwa aku siap untuk membacanya. Seperti yang kuduga. Aku sakit keras karena pil-pil yang kutelan selama dua bulan terakhir. Aku terkena penyakit gangguan saraf otak stadium akhir. Dokter sudah memberitahuku tentang hal ini. Aku akan mengalami sakit yang amat sangat dikepalaku dalam hari-hariku kedepan. Dokter bilang, Tuhan bisa mengambil nyawaku kapan saja.

The end
:lamagawa:
readmore »»  
Specially from Unknown @ 22:00 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook

Apakah Aku Sudah Terlambat? (part 3)

Janet, gadis manis dengan tahi lalat di pipi kananya, rambut sebahu dan mata khas Indonesia yang belo, namun berperawakan tinggi seperti orangtuanya yang asli Australia. Dari dulu, aku dan Janet sudah seperti kakak adik, selalu saja bersama. Jika Janet sedang malas belajar, aku yang mengingatkannya, begitu pula sebaliknya. Bahkan orangtua kami sudah sama sama saling mengenal, dan menganggap kami ini bersaudara. Dua Tahun kemarin, tepatnya setelah aku menyelesaikan pendidikanku di Sidney, Janet langsung saja berangkat ke Inggris untuk melanjutkan pendidikannya disana. Setelah perpisahan itu, aku dan Janet mulai kehilangan kontak, walaupun di jaman modern seperti sekarang alat komunikasi sudah canggih. Lagipula, aku tau betapa sibuknya menjadi mahasiswa asing di negeri orang. Atau dalam kasus ini, mahasiswi.

“Kapan kau kembali ke Indonesia? Kenapa ke Bali? Kenapa tidak tinggal bersama abangmu ini? Aku kan bisa menjemputmu dibandara..,” Aku memberikan pertanyaan beruntun untuk Janet.

“Kapan kujawab kalau kau terus mengoceh? Untuk pertanyaan pertama, aku kembali baru satu minggu yang lalu. Pertanyaan kedua, aku ke Bali karena aku sudah bosan dengan keadaan sumpek Jakarta. Untuk pertanyaan selanjutnya, aku mau memberimu kejutan. Jelas Bang?,” jawab Janet.

“Hah kau ini, lalu apa ini kejutan? Kita bertemu ditempat yang indah, namun pengalaman yang kualami sama sekali tidak indah. Abang macam apa aku ini, tampak begitu lemah didepan adikku sendiri, dipukuli tanpa perlawanan. Memalukan..,” kataku.

“Kau kan selalu memalukan bang, haha..” canda Janet.

“Dasar kau!! Aduh!,” badanku terasa sangat sakit untuk digerakkan.

“Sudahlah bang. Besok kuantar kau kembali ke hotel, santai saja dulu disini.” Kata Janet sambil memapahku yang berusaha untuk duduk.

Keesokan harinya, dengan perban dikepalaku dan dibantu oleh Janet, aku kembali ke hotel tempat aku menginap. Setelah itu Janet mengajakku untuk berjalan-jalan disekitar pantai. Aku menceritakan pada Janet tentang masalah yang kualami, perceraian orang tuaku, dan juga masalah narkoba yang masih ada di hidupku. Dari raut wajahnya, Janet terlihat kecewa dengan apa yang aku lakukan. Aku tidak heran. Lagipula, mana mungkin ada adik yang bangga dengan keadaan kakaknya yang seorang pecandu?

Hari ini Janet akan membawaku ke sanggar tari miliknya. Ternyata, selama dia berada di Inggris, kementrian disana meminta Janet, yang tercatat sebagai mahasiswi Indonesia untuk mempertunjukkan tari tradisional Bali. Janet terpilih menjadi lulusan terbaik di universitasnya dan kementrian memberikan gelar khusus untuk Janet. Janet juga diberi kewenangan untuk menjadi pelatih tari Indonesia disana dengan bayaran yang tak sedikit. Namun Janet meminta waktu untuk menambah ilmunya tentang tari Indonesia, tari Bali khususnya, di pulau Dewata ini.

Kulihat beberapa gadis Bali dengan pakaian tradisionalnya sedang berlatih bersungguh-sungguh. Merupakan pemandangan yang menarik untuk melihat mereka berlatih memainkan mata, pinggul dan tangannya supaya dapat menghasilkan tarian yang baik. Janet membuyarkan lamunanku, ia meminta ijin padaku bahwa ia ingin memberi beberapa tugas kepada pegawainya. Setelah itu, Janet segera membawaku ke suatu tempat. Dia tidak memberitahuku kemana ia akan membawaku. Bagai terhipnotis, aku mengikuti ajakannya dengan patuh.
Beberapa menit kemudian, mobil Avanza milik Janet memasuki daerah yang cukup tenang, dan cukup terpencil. Kulihat ada beberapa orang berpakaian perawat. Apa ini rumah sakit? Dimana ini? Aku hanya bertanya dalam hati. Keraguanku terjawab saat Janet mengajakku turun dan memasuki tempat itu.

“Ayo bang, turun cepat. Tidak apa,” Kata Janet memberi komando.

“Dimana nih Net? Rumah sakit??,” tanyaku.

“Sudah bang, mari ikut!,” jawab Janet sambil menarik lenganku.

Terlihat beberapa orang berpakaian perawat sedang membawa beberapa jarum suntik dan juga air. Kulihat Janet mengajakku menghampiri tempat resepsionis.

“Maaf, tempat rehab untuk pemakai dimana ya?,” tanya Janet sopan.

Kini pertanyaan di otakku mulai terjawab. Ternyata Janet membawaku ke tempat rehabilitasi. Dengan segera aku menarik tangan Janet untuk keluar menjauhi tempat resepsionis itu. Tapi Janet tetap memegang tanganku dengan erat. Aku diam saja melihat reaksi Janet. Heran, sepertinya dulu aku yang selalu menarikknya dan mengandengnya. Setelah dirasa cukup dengan beberapa pertanyaan yang tentu saja aku abaikan, Janet mengajakku untuk berjalan mengitari sebuah lorong tempat rehabilitasi yang mirip rumah sakit itu. Baunya pun sama dengan rumah sakit, pikirku.

“Nah, Bang, lihat ruangan itu.” Janet menunjuk salah satu ruangan disana.

Kulihat beberapa orang berpakaian rumah sakit dan beberapa perawat. Semua pasien itu terlihat pucat, kurus dan tak bertenaga. Para perawat memberikan mereka minum dan juga obat.

“Kenapa kau suruh abang lihat itu?,” kataku dengan tampang tidak peduli.

“Abang lihat, mereka pecandu juga,tapi masih tahap awal,” Jelas Janet.

“Oh,” jawabku masih tak peduli.

Janet hanya diam mendengar reaksiku yang tidak begitu peduli dengan penjelasannya. Aku merasa ia sudah mulai menguruiku. Namun karena begitu sayang aku padanya, aku memilih untuk menghargainya dan diam saja.

“Bang, liat tuh,” ucap Janet kemudian.

Mataku terarah pada ruangan yang ditunjuk oleh Janet. Masih sama seperti tadi, namun diruangan ini terlihat lebih banyak perawat dan ruangan bertambah liar. Aku lihat darah berceceran dilantai, ada beberapa perawat dan juga dokter kali ini. Para perawat memegang tangan pasien dan dokter berusaha menyuntikkan sesuatu.

“Bang, kalo yang ini, ruangan tempat pecandu yang lebih berat dari yang tadi. Kalo yang tadi itu junior, ini sedikit senior diatasnya,” Jelas Janet.

Aku sedikit bergidik melihatnya. Perawat-perawat itu nampak sudah biasa dengan semua ini. Kuliat pasien-pasien disana tampak lebih liar dari sebelumnya. Ada pula beberapa pasien yang terlihat menggigil, ada yang tampak sangat pucat dengan darah ditangannya yang sudah mulai mengering, ada pula yang kejang-kejang. Namun mereka semua ditangani oleh perawat dan dokter-dokter yang lain. Aku tidak merespon kata-kata Janet. Janet yang melihatku bungkam, memegang tanganku dan mengajakku melihat-lihat ruangan lain. Kulihat sosok wanita mendekati kami. Wajahnya nampak cantik, dan tidak asing. Ternyata perkiraanku benar, aunty Marry. Aunty Marry menatapku dan langsung memelukku.

“Rasya! Wah, kamu kesini juga ya? Ngapain? Mau jadi donatur juga?,” oceh aunty Marry sambil memelukku.

“Ini tante, Rasya ingin melihat-lihat kondisi pasien disini. Dia lagi ada pengamatan gitu tante. Nanti mau keruang psikologis juga, maklum, calon pengusaha,” Kata Janet.

“Well, kamu baik banget Janet nganterin Rasya kesini. Kalian berdua aja? Ya udah, tante titip Rasya ya, tante masih mau nemenin om nih, ada rapat perusahaan. Sudah ya, bye Rasya!,” jawab wanita yang murah senyum itu.

Aku hanya melambaikan tangan dan tersenyum. Aku agak heran juga mendengar jawaban Janet tentang misi utamaku kesini. Bukankah Janet yang ‘memaksaku’ untuk datang ke tempat ini? Tanpa banyak kata, Janet segera membawaku ke ruang yang terletak ditengah tempat rehabilitasi ini. Sebelum Janet mengucapkan kata-kata, aku tahu apa yang harus kulakukan. Melihat kedalam apa isi ruangan itu. Aku kembali terkejut. Ruangan ini terlihat lebih parah dari ruangan sebelumnya. Darah berceceran dilantai, ada pula benda benda tajam di lantai dan pecahan kaca dimana-mana. Ruangan ini terlihat sangat kacau. Beberapa tukang bersih-bersih terlihat kerepotan membersihkan ruangan ini. Kulihat beberapa pasien diikat dengan rantai di tangan dan kaki mereka. Ada dokter yang sedang memberikan suntikan pada pasien. Ada pasien yang meronta-ronta hingga melukai dirinya sendiri, ada pula yang mengerang kesakitan. Namun, masih terlihat perawat yang dengan tulus merawat mereka. Perawat-perawat itu menjaga para pasien dengan sabar. Aku terdiam dan terpaku.

“Sudah bisa menebak ruangan apa ini?,” tanya Janet.

“Ruang yang lebih senior dari ruangan sebelumnya?” tanyaku ragu.

“Ya, benar Bang. Ruangan ini adalah ruangan yang paling senior. Disini pecandu sudah sampai stadium yang sangat berbahaya. Mereka menyakiti diri mereka sendiri demi obat obatan terlarang itu. Bahkan sampai ada beberapa pasien yang meninggal karena tidak diberi barang terlarang itu,” terang Janet.

Aku bergidik ngeri melihat semua itu. Aku membayangkan apabila aku berada disana, aku menyakiti diriku sendiri dengan benda-benda tajam yang mungkin bisa merenggut nyawaku. Kini aku mengerti kenapa Janet membawaku ke tempat ini.

“Kau mau Abang berhenti kan?,” tanyaku pada Janet. Aku pikir pertanyaanku adalah pertanyaan yang sangat bodoh dan tidak memerlukan jawaban.

“Ya Bang. Tapi bukan berhenti demi kami, tapi demi diri Abang sendiri. Abang sudah tahu kan
bagamana akibatnya jika bermain-main dengan obat itu?,” tanya Janet.

“Aku sudah tahu dari awal. Aku selalu memikirkan apa yang aku lakukan,” jawabku.

“Abang pasti tidak ingin membuat tante Cecil, aunty Marry, om James, dan om Marcell...,” Belum sempat Janet menyelesaikan kalimatnya, aku sudah membentaknya.

“Nggak perlu sebut-sebut nama pria berengsek itu lagi!” kataku.

“Oke oke Bang, maaf. Tapi Abang gak mau bikin mereka semua sedih kan? Walaupun Abang benci sama perceraian om dan tante, tapi Abang punya masa depan! Abang gak perlu ngerusak hidup Abang! Lagipula, Abang tahu? Tante Marry adalah donatur terbesar di sini. Apa yang akan tante Marry katakan melihat keponakan yang paling disayanginya, ternyata mendekam disini sebagai pasien?,” kata Janet.

“Hmm, abang pikirkan nanti,” kataku sambil meninggalkan Janet. Aku terenyuh mendengar kata-kata Janet barusan. Janet benar. Tidak seharusnya aku membuat Tuhan kecewa dengan sikapku. Aku berjalan keluar dan meninggalkan Janet yang masih terpaku didalam area rehabilitasi itu. Janet mengerti untuk tidak mengejarku dan diam diposisinya. Janet mengerti aku sedang ingin sendiri.

Aku melihat taman didepan tempat rehabilitasi itu. Aku memilih untuk duduk dibawah pohon rindang yang ada didepan kolam ikan. Aku merenung dan memikirkan apa yang sudah kulakukan selama ini. Terlintas bayangan dimana aku masih kecil, saat aku bermain bersama orangtuaku, lalu bayangan itu berubah menjadi bayangan dimana aku lulus dari Sekolah Menengah Atas yang populer dengan predikat siswa terbaik. Bayangan itu berubah lagi dengan bayangan saat aku pulang dari Sidney yang disambut hangat dengan pelukan dari kedua orangtuaku yang tampak mesra, namun baru sesaat aku menikmati bayangan itu, dengan cepat bayang orangtuaku yang sedang bertengkar dengan hebat muncul. Bayangan bagaimana mamah menangis melihat papah yang tidak memperdulikan mamah. Aku hanya bisa tersenyum kecut melihat bayangan itu. Aku kembali melihat bayangan saat aku mabuk-mabukan, aku hanya menghamburkan uang dengan obat obatan terlarang, saat aku menyuntikkan barang haram itu ditanganku, saat aku berpesta pora dengan teman- temanku, dan saat aku mengalami kecelakaan. Bayangan ibu yang sedang menjagaku dengan lelah, dengan wajahnya yang pucat, kembali melintas dipikiranku. Tanpa terasa, pipiku mulai basah dengan air mata yang menetes. Aku yakin, kali ini aku harus berubah. Aku tidak boleh membuang harapan ibuku yang mempercayai aku untuk menjaga bisnis ibuku. Yang mempercayai aku, anaknya yang tunggal untuk terus berjuang demi ibu dan orang-orang yang kusayangi. Aku tersadar dan mengusap air mata yang menetes dipipiku. Aku berniat memberi tahu Janet tentang ini dan aku harus berterimakasih padanya telah membawaku ke tempat ini. Aku berniat untuk membuat ibuku bangga. Aku berniat untuk menjadi donatur seperti aunty Marry. Beberapa saat kemudian, aku berdiri dan berlari-lari kecil menghampiri Janet. Sakit di kepalaku itu muncul lagi. Kali ini beribu-ribu lebih sakit daripada sebelumnya. Aku merasa tubuhku oleng dan aku tidak ingat apa-apa lagi.
To be continue
:takot:
readmore »»  
Specially from Unknown @ 21:31 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook

Apakah Aku Sudah Terlambat? (part 2)

Dengan segera aku melaju ke arah bandara Soekarno-Hatta. Aku tidak terlalu suka dengan bandara di Indonesia. Warganya yang kurang disiplin, fasilitas yang kurang terawat, dan juga pelayanan yang terkadang tanpa senyuman. Namun tanpa terlalu mempedulikan keadaan, segera saja aku memesan tiket ke Bali dengan penerbangan malam ini. Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku kembali kedalam mobil ibuku. Aku duduk sejenak untuk meringankan beban hidup yang kualami selama ini dan sakit kepala yang mulai menyerang. Kenapa kemaren gak mati sekalian aja sih, ujarku. Aku sering kali menyesali hidupku dan terlintas ide untuk mengakhiri hidupku. Contohnya tadi malam. Aku tau aku mabuk berat, namun aku masih saja ingin mengantar diriku pada kematian. Tapi, seperti saat ini, Tuhan masih berkehendak lain dan memberiku kehidupan. Setelah merasakan sakit dikepalaku mulai memudar, aku segera pulang ke rumah.


Dirumah, mobil Radit sudah tak terlihat. Radit pasti sudah berangkat bekerja. Dengan malas aku kembali ke kamarku dengan shabu yang kumiliki. Segera saja obat-obat terlarang itu membawaku tidur, dengan sangat lelap. Pada saat aku terbangun, jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Dengan berat hati aku melangkah untuk merapikan pakaianku untuk berlibur, dan segera saja kubuang bungkus shabu yang sudah habis kunikmati. Aku menyempatkan diri untuk mampir ke swalayan didekat rumaku. Aku membeli beberapa perlengkapan dan beberapa minuman bersoda, serta makanan ringan disana. Kuacuhkan tatapan heran yang mengamatiku selama aku berbelanja. Tentu saja aku menjadi pusat perhatian dengan dandananku. Baju kumal, celana belel, dan juga sepatu kets kesayanganku. Aku lebih terlihat seperti gelandangan daripada mahasiswa lulusan luar negeri. Setelah selesai dengan barang-barang belanjaan, aku segera melajukan mobilku ke arah Bandara Soekarno-Hatta untuk segera berangkat. Dan tak lupa aku memakan permen yang kubeli untuk menghilangkan bau mulut. Aku takut saja jika aku sampai ketahuan bahwa aku memakai obat terlarang.

Ternyata perkiraanku benar, sepuluh menit lagi pesawat akan segera berangkat. Segera kubawa tas koper dan tas ransel milikku. Aku sengaja memesan dua tempat duduk. Seperti yang kukatakan, uang bukan masalah untukku selama aku bisa menerima apa yang kuinginkan. Perjalananpun terasa sangat melelahkan dan menjemukan. Aku berusaha untuk menghilangkan kejemuan dengan mendengarkan musik dan membaca buku. Walaupun aku anak yang nakal, tapi aku suka dengan pengetahuan. Mataku terasa sangat berat dan akupun tertidur. Saat aku terbangun, aku sudah sampai di Bali. Kira kira pada pukul tiga pagi.

Sesampainya di Bali, segera saja aku memesan kamar di hotel langgananku. Aku memesan ruangan yang paling mahal disana. Untuk melepaskan penat, aku berjalan jalan didaerah pantai didekat hotel. Dan dari sinilah ceritaku dimulai. Ada sekelompok pria menghampiriku dan menempelkan pisau ke arah leherku, mereka meminta uang kepadaku. Namun semua yang kumiliki kutinggalkan di hotel. Aku hanya membawa uang sebesar 200ribu pada saat itu. Kuberikan yang kumiliki, karena aku lebih menyayangi nyawaku. Namun mereka masih merasa tidak puas, dengan segera mereka memukuli aku dan menghantam perutku dengan kerasnya. Aku yang masih belum terlalu pulihpun tidak bisa melakukan perlawanan. Mereka menghantamkan botol bir ke arah kepalaku. Setelah itu, aku tidak bisa melakukan apapun, tapi aku masih sempat mendengar langkah kaki mereka yang terdengar semakin menjauh. Dari kejauhan terdengar pula suara beberapa orang yang berteriak histeris, salah satu diantara mereka ada yang menyebutkan namaku. Aku tak tahu apakah dia mengenalku, tapi dari yang kurasakan, beberapa orang segera mengangkat tubuhku dan membawaku ketempat yang lebih pantas.

Saat aku membuka mataku, semuanya terlihat sangat asing. Ada sesosok wanita yang memegang tanganku. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Ibu? Kurasa bukan. Wajahnya tampak masih sangat muda. Seusiaku, mungkin. Ternyata apa yang kugumamkan itu benar. Sosok wanita itu, Janet, teman masa kecilku. Ia terlihat mengenakan pakaian wanita khas Bali. Bagaimana bisa? Ternyata dunia tak selebar yang kubayangkan. Janet melihatku yang mulai mencoba membuka mata, dan aku berusaha untuk memapah tubuhku, namun Janet melarangku dan membimbingku untuk kembali berbaring.

“Sudahlah Rasya, jangan mencoba untuk bangun dan berpura-pura bahwa kau sudah pulih. Tadi dokter sudah bilang padaku untuk tetap menjagamu supaya kau tidak pergi kemana mana,” Suara gadis itu terngiang dikepalaku. Dia benar, aku masih terlalu lemah untuk mencoba berpura-pura kuat seakan tidak ada hal buruk yang terjadi padaku. Aku tidak dapat memberikan perlawan pada kata-kata Janet. Aku hanya terdiam dan menunggunya untuk berbicara lebih jauh.

“Kau mabuk lagi? Kau pakai narkoba juga ya sekarang? Sudah hebat kau rupanya,” Kata Janet dengan wajah datar.

“Hmm, menurutmu apakah aku terlihat lebih baik? Aku bingung, aku tidak memiliki siapa-siapa. Keluargaku juga hancur,” kilahku.

“Kau anggap aku ini apa? Pajangan? Seperti teman-temanmu yang hanya menemani kau saat engkau senang?,” Jawab Janet.

“Tidak, maksudku bukan begitu, kau salah mengerti....,” sambungku.

“Selalu salah aku ini dimatamu? Begitukan? Selalu saja masih egois kau rupanya,” Kata Janet.

“Aduh, bukan begitu Net.. Ah sudahlah, lupakan saja ucapanku tadi,” aku tidak tahan lagi untuk menjawab kata kata pedas Janet.

“Kau ini selalu saja menghindari masalahmu. Kapan kau akan berubah untuk lebih dewasa? Kau tau aku selalu ada untuk menemanimu kan?,” kata Janet.

“Selalu ada? Apa aku tidak salah dengar Net? Kemana kau dua tahun ini?,” aku mulai mencoba untuk beradu kata dengannya.

“Kau tau kan apa yang aku lakukan? Aku ada di Inggris. Dan untuk belajar, bukan bermain-main!” kata Janet.
To be continue
pika16
readmore »»  
Specially from Unknown @ 21:27 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook

Apakah Aku Sudah Terlambat? (part 1)

Cahaya matahari yang masuk disela sela jendela rumah sakit memaksaku untuk membuka mata dengan berat hati. Kulihat wanita itu duduk tertidur disamping ranjangku dengan lelapnya. Wajahnya yang mulai berkeriput itu terlihat sangat lelah. Aku mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Seingatku, aku mabuk saat mengendarai mobil Jazz Hitam yang dibelikan oleh ayah Desember lalu. Aku menghantam tiang lampu saat aku mengendarai di jalan tol tadi malam. Kurasakan kepalaku mulai sakit mengingat kejadian selanjutnya. Aku tidak dapat mengingat apapun.

Wanita itu mulai terjaga dari tidurnya. Sesaat aku merasakan gerakan tangannya, namun aku memilih untuk berpura pura tidur. Aku sudah sangat lelah mendengar ocehannya. Dia terbangun dan membelai kepalaku perlahan. Kulihat air mata membasahi wajahnya yang sayu. “Mamah nggak ngerti kenapa kamu sekarang berubah. Apasih mau kamu Sya? Kamu tau kan mamah udah nggak bisa ngejagain kamu kayak dulu lagi..,” Wanita yang kupanggil Mamah itu terlihat sangat pasrah akan keadaan yang menimpanya saat ini.

Hubungan kedua orangtuaku sudah hancur berantakan. Ayahku, Marcell Cahya Dewantara, seorang pengusaha muda dengan badan atletis dan tampan. Bukan hal yang sulit untuk memikat gadis manapun yang Ia mau. Ayahku bukan sosok pria yang mudah berpaling, ayahku adalah orang yang sangat berprinsip. Namun, pupus sudah semua kekagumanku pada ayah. Sosok yang sangat kubanggakan itu, kini telah menyakiti hati ibuku. Ayahku memilih untuk tinggal bersama kekasih barunya, yaitu sekretarisnya sendiri. Awalnya Ibuku tidak mempercayai hal ini. Lantas ibu menyewa jasa mata-mata terkenal. Dan ternyata semua rumor yang beredar itu benar. Ibuku, Cecilia Ayu Raharja, adalah sosok wanita yang cantik, bahkan sangat cantik. Dulu sewaktu muda, ibu menjadi primadona di tempat tinggalnya di Jepang. Dan hingga saat ini, ibu masih saja terlihat cantik. Kecantikannya tidak termakan oleh usia. Aku tahu, ibu sangat merawat dirinya, apalagi ibu adalah sosok wanita karir yang harus selalu tampil cantik dan berwibawa, terlebih saat beliau harus bertemu dengan kolega-kolega bisnisnya. Sudah bukan hal yang mustahil semua ini membutuhkan biaya yang besar. Untuk keluarga kami, uang bukan masalah. Berapapun biaya yang diperlukan, ibu sanggup untuk membayarnya.

Kekecewaan ibu semakin menjadi-jadi saat mengetahui bahwa ayah akan menikah dengan sekretarisnya itu. Ibu dan aku memergoki ayah yang dengan mesranya memberikan cincin kepada sekretaris kesayangannya saat makan siang. Aku tahu ibu sangat marah saat itu. Namun, ibu bukanlah tipikal wanita yang dapat meledakan emosinya dimana saja. Ibuku memilih untuk diam dan berbalik. Dengan bergegas, aku mengambil hidangan sup yang ada di meja di sebelahku. Dengan segera kulemparkan sup itu diwajah sekretaris ayahku. Setelah dirasa cukup, aku segera berlari mengejar Ibuku dan mengantarnya pulang. Kuabaikan suara ayah yang memanggil namaku dengan emosi. Bodo amat, pikirku saat itu. Setelah kejadian itu, ayah tak pernah pulang kerumah. Yang aku tahu, ibu dan ayah sedang mengurus perceraian mereka. Setiap malam kudengar ibu menangis. Aku tahu betapa ibu sangat mencintai ayah.

Saat aku masih berpura pura tidur, kudengar langkah kaki seseorang memasuki ruangan yang aku tempati. Aku mencoba untuk mengintip melalu celah kecil di mataku. Sosok pria Belanda dengan perawakan tinggi menyentuh bahu ibuku dan mengajak ibuku untuk makan siang. Paman James, adik ibuku yang tinggal di Belanda itu dengan segera terbang ke Indonesia mendengar berita kecelakaan yang aku alami. Sebenarnya, keluarga ibuku adalah keluarga asli Belanda, namun ibuku memilih untuk belajar di Jepang. Setelah bertemu dengan ayah di Jakarta, ibu dan ayah memilih untuk bertempat tinggal di Jakarta. Sedangkan paman James memilih untuk tetap tinggal di Belanda bersama nenekku, dan adik perempuan ibu yang biasa kusapa aunty Marry memilih untuk tinggal di Paris bersama suaminya.

Setelah mendengar pintu tertutup, aku kembali membuka mataku dan berusaha untuk duduk. Sial, aku masih merasakan mabuk akibat bir yang kuminum semalam, umpatku dalam hati. Segera kupaksakan diri untuk segera kabur dari ruangan ini. Dari kecil, aku paling benci dengan rumah sakit. Kulepaskan infus yang masih menempel di tangan kiriku dan dengan segera kuambil kunci mobil yang berada disamping ranjangku beserta handphone dan dompet milikku. Kuhiraukan darah yang menetes dari bekas infus ditanganku. Dengan diiringi tatapan aneh dari orang orang dilorong rumah sakit, aku segera berlari ke arah mobil ibuku. Kuseka darah di tanganku dengan sapu tangan yang ada dimobil Ibu. Paman pasti akan mengantar Ibu, kataku pada diriku sendiri. Dengan segera kulajukan mobil kearah rumahku. Aku memiliki rumah pribadi di Jakarta. Awalnya, sepulang dari Sidney, aku ingin membantu Ibu di Jakarta untuk melanjutkan bisnis ibu.

Didepan gerbang rumahku yang berwarna putih, dua orang satpam dengan segera membuka pintu gerbang. Kumasukkan mobilku kedalam dan langsung saja aku beranjak menaiki tangga dan menuju ke lantai dua, tempat dimana kamarku berada. Kuambil plester dikotak P3K dan membalut bekas infusku. Kudengar handphoneku berbunyi untuk kesekian kalinya dan memunculkan gambar ibuku pada layar. Kuhiraukan panggilan handphoneku dan segera mandi. Aku sudah gerah dengan bau rumah sakit.

“Kapan sih kamu kapok Sya?,” terdengar suara khas Radit, sepupuku yang berasal dari Jerman.

“Kapok? Perlu ya?,” jawabku asal.

“Gimana sih, kasian mamah kamu, capek kali ngurusin kamu doang! Tadi tuh tante telepon aku, aku udah bilang kalo kamu udah pulang. Kabur lagi ya?,” Kata Radit menasehati.
“Yoi. Abis ini aku mau langsung cabut ke Bali. Mau refreshing. Mau ikut?,” tanyaku.
“Rasya Pratama Dewantara! Sampai kapan sih kamu mau terus main-main kayak gini? Kamu tuh udah gede!,” kata Radit.

“Kayak ga pernah muda aja sih Dit,” Jawabku.

“Eh enak aja! Awas ya!,” kata Radit.

Setelah mandi, langsung saja aku mengambil spagetti yang tersedia dimeja. Pasti buatan Radit, kataku dalam hati. Dengan celemek ditubuhnya, Radit segera saja keluar dari dapur dan menjewer telingaku.

“Aaaaaaaaw! Sakit Dit!,” kataku.

“Makanya kalo dibilangin sama kakak tuh yang nurut!,” kata Radit.

Radit memang kakak sepupuku. Berbeda denganku, Radit yang seperti ayahnya, pengusaha muda di Jakarta, tidak lagi bertingkah kekanak-kanakan. Radit lebih berwibawa, dan tidak pernah mengeluh. Radit juga pintar memasak. Radit memilih untuk tinggal bersamaku, karena menurut Radit, lebih nyaman untuk tinggal bersamaku daripada bersama ayahnya yang terkenal cerewet itu. Lagipula aku tidak merasa keberatan, apalagi untuk tinggal dengan Radit yang suka memasak dan selalu mengingatkanku untuk makan siang, karena aku memang terlalu malas untuk makan diluar ataupun memesan makanan sendiri.

“Aku langsung aja ya Kak, makasih spagettinya!,” kataku berpamitan pada Radit.

“Ya udah, hati hati ya, jangan lupa nelpon kalo udah sampai di Bali!,” Kata Radit.

“Sip Bos!,” kataku.

Walaupun sudah 2 tahun tinggal di Jakarta, aku masih enggan untuk menggunakan ‘gue-elo’ pada keluargaku, terutama Radit. Tanpa ba-bi-bu segera saja kuarahkan mobilku ke arah bar yang berada cukup terpelosok dan cukup jauh dari rumahku. Aku sudah memesan beberapa gram barang haram disana. Ya, narkoba. Sudah dua bulan aku mengkonsumsi barang maksiat itu. Tepatnya setelah terjadi keretakan diantara keluargaku. Aku memang memiliki cukup materi dan finansial, namun untuk segi mental, aku belum memiliki mental yang cukup tangguh. Segera saja kuambil pesananku dibar itu, dua gram shabu-shabu. Aku tau apa yang kulakukan. Aku tau aku telah berdosa, dan bisa saja secara tiba tiba Tuhan merenggut nyawaku. Namun aku terlalu lemah, terlalu depresi untuk memikirkan hal-hal yang ada di hidupku. Harta yang kumiliki tidak dapat memenuhi apa yang aku inginkan. Aku membutuhkan kasih sayang dari orangtuaku.

Tobe continue
:ayokona:
readmore »»  
Specially from Unknown @ 21:23 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook
Tuesday, 22 March 2011
In: Cinta , Cowok , Gue , Sahabat , Sekolah , SMA

Ternyata, isi dan covernya SANGAT berbeda!

Hola!!! :woooh:
Masih inget sama cerita gue yang tentang Prince N itu?? (kalo gak tau, buka disini)
Nah gue mau bahas dia lagi nih ._.

Kan gini nih, dengan susah payah *ceileh* dan dengan bantuan sohib gue yang item agak manis (baca:Pradis) Maape yak Dis mrgreen Gue dapet nomer dia! Sebenernya (SEBENERNYA) yang dapet nomernya gue dong :woooh:
Tapi Pradis sudah dengan baik hati *tumben* ngebantuin gue buat nyari tentang dia gitcu. Dari Pradis juga gue tau kalo dia itu gak tinggal di Tegal tapi ngekost di kost2an deket sekolahan :inlove:


Nah nah kan gue dapet nomer dia tuh, gue sms-in kan pertama kali. Gue tengsin juga sih sms-sms gitu, tapi dengan bantuan Pradis *lagi* akhirnya gue smsin dia gini:

gue:" hai kak...._."

#FYI gue berdoa dulu loh sebelum sms-in dia. Apabanget ya gue -_-
5 menit. 10 menit. 1 hari. 3 hari. gak ada balesan. Gue males kan tuh, akhirnya gue kaga sms sms lagi. Bomat. gitu lah pikir gue.
Nah gue kan cerita ke Pradis, gue bilang lah gono gini sama dia. Nah akhirnya dia penasaran kan tuh, akhirnya gue kasih aja kan nomernya ke Pradis. Eh dia sms. Nah dibales. Yap, dibales. Hidup ini tak adil :ayokona:

Nah denger denger dari dia, katanya sms gue gak masuk. Nah loh, ngapain gue galau22 gitu coba? (#FYI gue pake hape yg nexian pas sms dia, nah settingannya gue gak kasih delivery report.) :tsk:

Abis itu gue sms-in dia lagi kan. Awalnya gue udah males lah, eteb gila :O tapi dengan semangat '45 *sekali lagi* Pradis menyemangati diriku untuk sms lagi. Gue sms deh. Dan ternyata dibales.
:blush:

Gue udah kegirangan dulu kan tuh, gue teriak22 dulu, gue loncat22 dulu, gue sms Pradis dulu kalo dia bales. Nah gue malah smsan sama Pradis waktu itu. Dodol kan? Yoi -_-
Nah abis itu gue baca sms dia. Gue syok. Gue tercengang. Gue membeku di tempat. :wala:
Ternyata...
Ternyata.... *efek lagu horror* halah* -_-

Dia 4l4y:galit: Yap, dia alay :ayokona:

Dengan setengah hati gue balesin lagi sms dia *padahal seneng deng* -_-
Gue sms-an kan lama kan kan, eh, tau tau rasa simpatik gue ke dia ilang gitu aja. Gak kayak pertama dulu kan gue seneng banget kalo liat dia :yawn:

Akhirnya ya, gue jadi gak ada rasa lagi kan kan sama dia, gue biasa aja gitu, gak tau guenya labile atau gimana ya, ya pokoknya gitu dah, tapi sampe sekarang gue masih smsan sama dia gitu, 4l4ynya mendingan lah gak kayak dulu bet, sekarang angka22 jahanam itu mulai menghilang dari layar sms -_-

wakakaka, gitu aja deh pengalaman gue, gue selalu aja suka sama orang yang salah, kasian ya? banget -_-
dadah! :anongnangyari:
readmore »»  
Specially from Unknown @ 18:07 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook
Sunday, 13 March 2011
In: Gue , Timeline , Twitter

Pray For Japan!

Hai blogger! Lama gak ngepost nih, kangen yak? :please:
Wkwkwkw ._.

Eh iya apa kabar? Baik semuanya kan pasti :woooh:
Well, gue punya banyaaaaaaaaaaaaak banget cerita, tapi ceritain gimana ya -_-
Ada tentang B-Yo, ada tentang Prince N :inlove: Ada juga macem macem lah pokoknya!
Firstly, kita tau lah kemaren ada gempa di Jepang. (Well, ini topik lama yang belom sempat gue bahas). Sebenernya sih gue udah punya banyakkkkk banget bahan. Kan waktu itu, sampe disimpen di draft gitu, tapi sekian lamanya, gue males banget buka internet.

Langsung aja buka gambarnya yang bikin dada sesek dan meneteskan air mata (lebe). Tapi dengan adanya ini, gue jadi sadar, apa yang kita punya ga bakal bertahan lama kalo cuman simpenan di dunia. Mau awet? Simpen harta ajabuat disurga (re:pahala) :))


Pas gue liat gambar ini, bayangan gue itu kayak pas Himawari (adiknya Shinchan-red) lagi main sama buldozernya dia, ngancurin mainan gitu. Parah -_-


Kalo yang ini, astaga mobil bagus2 diseret sama air. Yowo mobil gue aja sama mobil yang keseret2 itu masih bagus mobil yang keseret, sayang banget kan :waaah: Apalagi bayangin deh kalo didalem mobil itu masih ada anak kecil yang berkewarganegaraaan Jepang yang mukanya unyuu unyuu banget, minta tolong tapi ga ada yang ngedengerin, kelelep aer ::( Dek sini sini tante tolongin :ayokona:



Yang ini bikin speechless, gak tau gue mau komentar apa sama gambar ini -_-

Well abis ini #prayforJapan nangkring di TL untuk seberapa lama, gue gak ngerti berapa lama, gue juga gak twitteran waktu itu -_- dan gobloknya gue, gue gak sempat buat ngambil bukti bahwa ini menjadi TT for a loooooong time.

Berita terakhir yang gue baca di suatu blog (blog mesum, gue gak ngerti, tapi ada tulisan begini, esumpah bukan guenya yang bokep, pertamanya gue mau cari zaman logam-_-, sumpah!!)

Hari ini, kepolisian Jepang merilis data jumlah korban bencana sebanyak 18.000 orang, jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya yang 10.000 jiwa.

Menurut Data, sebanyak 7.197 jiwa dipastikan meninggal dunia, sementara 10.905 lainnya resmi dinyatakan hilang. Jadi, hingga pukul 09.000 waktu setempat, Sabtu 19 Maret 2011, jumlah korban mencapai 18.102 orang

Gue masih gabisa bayangin deh gimana jadinya kalo kemaren itu yang kena gempa negara kita tercintah!!! Ya Tuhan gue masih banyak dosa banget, gue beloman siap dah! *brb tobat* -_-

Okelah itu aja ya, gue masih nyari tugas nih *whos care rain* -_-
dadah pika26
readmore »»  
Specially from Unknown @ 09:54 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook
Wednesday, 9 March 2011
In: Cinta , Cowok , Gue , Sekolah , SMA

I think, i hope, he is the best for me

Hai everybodehhh :woooh:
Gue mau cerita nih tapi dia bukan anak twitter hehe :sweaty: Cowok ini gantengnya men, manis!
Kalo mau liat dari fisik, yaaa ampun! Tipe gue banget ahelah gue melting kalo deket deket sama dia pasti! pika20
Gue kasih tau nih ciri ciri dia dari fisiknya ya... Kalo ada fotonya gue masukin deh, tapi gimana mau moto-in dia, gue aja udah salting kalo dia ngeliatin gue :tsk:

Kalo dari tinggi, hmm kira kiranya ya 170-an deh atau lebih. Body: Bayangin aja body atlit bulutangkis. Dadanya bidang, six-pack (kalo ini sih pendapat gue ._.) Terus maniiiiiiiiiiiiiiis banget! Ganteng lagi! Ahh unyu unyu lah pokoknya :inlove:

Nah gue pertama kali ketemu kakak kelas ini ya disekolahan, dia lagi jalan jalan gitu kan sama temen temennya. Pas pertama kali sih gue rada 'ngeh' gitu. "Eh ganteng ya.." cuman sepintas aja gitu gue liatnya.

Pertemuan kedua, (gue masih beloman tau nama dia siapa). Gue liat dia di gereja, dia menang main badminton, dia juara 1. Gue sempet motretin dia giduw xixi:scream: Tapi gak keliatan ganteng ntuh difoto-_- Nah gue mikir, nih anak ya ampun unyuuuu banget sih ah jadi pengen nyipok -_-"

Pertemuan ketiga, pas kelas gue (gue anak stiker, kelas 10-3-_-) sama kelas dia (dia kelas SOS 1) mau renang. Nah kebetulan (atau emang jodoh :woooh:) guru kita sama, jam renang kita bareng. Oh yes! Tapi pas itu gue sama dia belom ada rasa giduw *ea* guenya masih biasa aja. Gue liat dia kan tuh, cakep men-_- Nah tapi disana kayaknya dia gak liat gue kan, dia naik motor sama temennya, (temennya cowok :') Waktu itu sih gue gak begitu merhatiin dia gitu deh.

Pertemuan yang keempat, gue sama botak (Rizki Adi-red) abis ambil fotokopian gitu pas istirahat, nah gue mau masuk gerbang sekolah, dia lagi jalan mau keluar gitu. Gue bilang ke botak gini "tak, liatin namane..." (bahasa Tegal-_-) Gobloknya si botak, dia ngeliatinnya gitu bet kayak maho -_- Tapi dia jadi tau, namanya Nels (disamarkan^^). Haha gapapa dah yang penting gue tau namanya~

Pertemuan yang kelima, pas dia mau ke kantin gitu. Gaya jalannya, cara dia ngeliat, cara dia ngomong, gak ada yang gak gue suka! :inlove:
Tampilan dia waktu itu: pake baju osis SMA, gak pake dasi (#FYI sekolah gue pake dasi dari senin-kamis. Oke ini gak penting-_-) Terus pake sepatu hitam bertali, baju dikeluarin, kaos kaki putih pendek. Rambut rada acak acakan. Oke kalo ini cewek, pasti keliatannya dia kayak abis diperkosa-_- Tapi ini cowok men! Ganteng banget. SUMPAH! Dia rada keringetan gitu. Niat dari dalem ati sih mau ngelapin mukanya pake tissu gitu, alah tapi apadaya, tissu aja gue kaga bawa :tsk: Oh iya gue inget dia lagi makan gorengan waktu itu, tepatnya tahu goreng. xixi :please:
Pas gue lagi mau ke kantin sama CIB (Pradis, Ninda-red) Gue liat dia baru ngambil gorengan itu terus dia mau duduk gitu. Tepat pas gigitan yang pertama, dia liat ke arah gue, dia nahan gigitanya gitu kan, (anjir gue salting banget pas dia ngeliat ke gue!!!!!!!!!!) pika20 Gue ngeliatin dia gitu beberapa saat, gue cuman berani ngeliatin dia selama 3 detik, langsung gue salting dan ngeliatin yang lain. Dia akhirnya gigit gorengannya dan duduk dikursi kantin. Anjir! Pas itu gue seneng banget mau teriak tau gak sih rasanya! Oke bukannya gue lebe, tapi baru sama dia, gue gak tahan tatap tatapan lama lama.
Abis itu langsung aja gue jajan, tapi gue jadi beda banget. Biasanya gue teriak teriak gitukan kalo beli (gue udh kenal sama penjualnya-_-) tapi gue jadi ngomong dikit dikit doang (sambil ngelirik ke arah kakak ganteng):please: dan jajan gue sedikit.
Well, gue gak tahan buat gak teriak, gue buru buru jalan duluan didepan temen temen gue terus gue keluarin tuh galau gue daritadi. Anjir. Disini gue mulai ngerasa yang, "aduh nih cowok..."
Well, gue harus balik ke kelas. Waktu istirahat itu cuman bentar. Setelah gue sadar jajan gue dikit, gue buru buru minta sama Pradis sama Ninda :scream:

Pertemuan selanjutnya di pemakaman gereja. Yap, suram banget tempatnyah ._. Jadi, bokap temen SD gue (namanya Raymond) meninggal. Nah ada dia tuh bawa bawain aqua gelas muter muter, ngebantuin si Raymond. Gue pas ngeliatnya jadi "deg" gitu kan, eseseh dia pake baju warna hitam sama celana jeans panjang. Ganteng aja sih koko ini dimanapun dirinya berada :inlove: Gue gak fokus. Mata gue kemana mana ngikutin dirinya pergi -_-
Setelah dia tidak terjangkau dengan pandangan mata, buru buru gue sadar gue harus ngasih tau orang rumah. Gue keluar dengan hape ditangan dan mata masih tetap jalan jalan. Ternyata dia ada diluar, arahnya berlawanan sama gue, dia menuju kedalem, dia juga bawa hape. Dia ngeliatin gue pas gue ngeliatin dia. Menurut gue kalo dipilm pilm ini lagi di slow motion-_- Buat gue, waktu berhenti. Gue liatin matanya. Gue tatap mata dia. OMG! Lagi lagi gue gak bisa natap dia lama lama. Gue takut gue meleleh ditempat, harga diri gue bos :blush: Abis itu gue langsung ngelanjutin apa yang harus gue lanjutin. Gue deg degan banget! Dia masuk.

Dan pertemuan gue sama dia yang ini, terjadi tadi disekolah. #FYI buat gue ngeliatin dia itu susah. Gue jaraaaaaaaang banget ketemu sama dia di jam jam sekolah. Kejadian yang inipun gue ngeliatin dia sebentar banget. Kalopun gue kaga diteriakin CIB, mana gue liat-_- Dia lagi naik tangga keatas (kelas gue sama kelas dia sama sama diatas). Tapi kali ini gue lagi mau jajan kedepan. Di tangga tingkat pertama gue gak liat dia, ditangga kedua, gue liat dia. Dia ngeliat sama gue juga :woooh:Parah. Dunia berhenti buat ngasih kesempatan gue ngeliat dia. Lagi lagi gue gak bisa natap dia lebih dari 3detik. Kali ini lebih parah, gue udah mau meleleh pas liat mata dia. Gue lebe. Tapi ini beneran, gak kayak kalo gue liat cowok ganteng lainnya!

Dan setelah gue pulang, gue sadar. Gue suka banget sama dia! Gue jadi mikirin dia terusss aaaaa :ayokona: Gue jatuh cinta sama dia ehehe ._." Dan kali ini gue bener bener pengen bet sama diaaa aaaaa -_-
Okelah kayaknya ini aja deh gue ceritain ttg dia, udh panjang bet ._."
Salam deg-degan dari gue, byepika26
readmore »»  
Specially from Unknown @ 09:08 2 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook
Monday, 7 March 2011
In: Cewek , Gue , Sahabat , Timeline , Twitter

Twitter Friends xoxo-part 1

Hai temen temen gue mau cerita tentang temen temen twitter aja deh yaaa :woooh:
Yap ini yang part 1, gue usahain describe semuanyah deh oke! Kalo di part 1 ini isinya cewek cewek cantik semua loh :inlove: Yang beloman kebagian ntar di part berapa gitu nanti ada kok, sabar yaaa gue describein satu satu. Langsung aja deh yuk!


yang pertama @tavidvn



Gue kenal sama Tavi kayaknya udah lama deh dari taun22 pertama gue bikin twitter. Cewek cantik ini kalo gak salah lahirnya bulan April tanggal 21 atau 27 gitu gue lupa :tsk: Tavi itu anaknya baiiiiik banget, dia punya banyak fans disekolahnya loh :woooh: Cewek yang pernah jadi gadis sampul ini punya banyaaaak banget temen disana. Dia juga sahabat gue loh u,u Sekarang yang gue tau dia sering mainnya sama @sheeesy @FerinaHandayani @khadcy @pinkyshab. Nah yang gue tau mereka sering ketemuan gitu. Gue sekarang udah jauh sih sama si Tavi jadi gue gak bisa cerita banyak deh ._. Tapi dia baik banget kok, cantik lagi. xixi. Oh iya dia pacarnya om toge (@davintv) nah gue taunya usern twitter tavi sama davin itu kan kalo punya tavi @tavidvn -dvn nya itu Davin- kalo punya davin @davintv -tv nya itu tavi- wkwk so sweet ya, longlast ya kalian :woooh:


Terus yang kedua @claratmr / @celaratmr



Nah cewek gahoels ini jago banget sama yang namanya bikin quotes! Clara itu anaknya baik juga, dia Kristen sama kek gue (•̯͡__•̯͡) #FYI Clara ini walaupun masih kelas 9, tapi dia bijak banget men! Gue aja pernah diceramahin sama dia. xoxo. Acc pertama Clara (@celaratmr) katanya sih di hack, makanya dia bikin acc lagi (@claratmr). Cewek eksis ini anaknya suka gosip loh wkwk -_- Waktu itu kita kayak ibu ibu PKK, bikin grup gosip (anggotanya cuman gue, tavi, sama clara) wkwk. Tapi gini gini kita gak suka nyebarin yang gak gak tentang orang lain loh, pokoknya asik deh kalo cerita cerita sama cewek ini :woooh:

Lanjut, yang ketiga @Yoniylnd



Cewek cantik ini udah berapa kali ya deact terus bikin acc lagi :devilishgrin:
Yoni itu forntal banget! Terus anak ini tuh anak paling jujur yang gue kenal, blak blakan banget! Pertama kali gue deket sama Yoni itu gimana ya hmm, pokoknya dia anak twitter pertama yang otp-an sama gue!-_- Nah Yoni ini kalo suka bilang suka, kalo enggak juga dia bakal ngomong langsung kalo dia gak suka. Hebat kan dia? terlalu blak blakan malah-_- Dan, kalo lo sombog sama dia, dia gak bakal sungkan sungkan buat unfollow lo ^^ Yoni ini setau gue kayaknya beloman ketemuan sama anak anak twitter, tapi dia ini ratu CFC loh hoho :woooh:
Kadang gue diajakin CF juga sama dia, tapi gue gak mau. Wkwk, walaupun dia blak blakan, tapi sebenernya dia baik kok! Oh ya kalo menurut gue, si Yoni ini sering banget jatuh cinta sama orang yang salah._. makanya Yoni lumayan sering galau~~ wkwk sabar ya Yon -_- Tapi dia ini cewek yang kuat loh, selalu berusaha buat ngehibur temen22nya yang galau, padahal dia juga lagi galau xixi :devilishgrin:

Yang keempat ada kak @citseh / @citells



Nah kakak yang cantik ini namanya kak Cita ^^ Kak Cita ini dekeeeeeet sama Yoni (menurut gue)-_- Nah kak Cita ini, dulu sering curhat curhatan loh sama gue, tentang mantannya. Nah dari cerita kak Cita ini, kak Cita itu dimainin sama cowoknya. Setau gue dari cara kak Cita cerita itu, kak Cita ini sayang banget sama cowok itu. Well, tapi gara gara itu juga kak Cita ini jadi cewek yang kuat \m/ Kak Cita ini kadang masih sering galau gitu di TL, tapi menurut gue wajar lah, kadang kan bisa aja kita inget masa lalu *ea*-_- Nah setau gue kak Cita ini kemaren ke Jakarta ketemuan sama anak anak twitter. Sekarang gue jaraaaaaang mentionan sama kak Cita, apalagi otp-an bertiga (gue, kak Cita, Yoni-red). Yah, kalo kak Cita sama Yoni sih kayaknya masih sering gitu, temen22 mereka banyaaaaaaaaak banget, sampe mungkin gue keselip entah dimana wkwk :tsk:

Selanjutnyaaa @namigwnd



nah kalo cewek yang manis ini dulu pernah deket sama gue sama Tavi (@tavidvn). Dulu, gue sama Tavi sama Nami ini dekeeeeeeeet banget! Masih jaman jamannya si Nami suka sama KD. Nah waktu itu lagi musim musimnya ketemuan sama anak anak twitter di Dufan. Nami sama KD ini ketemuan gitu kan tapi eh si KD ini malah jadian sama orang lain. Nami kasian banget waktu itu sedih gitu. wkwk tapi sekarang sih Nami ini udah jadian gitu. (gue gak ngerti sekarang dia jadian sama siapa). Nah dari kabar TL juga gue tau waktu itu dia careeeee banget sama KJA. Well, kalo cerita tentang seseorang namanya pasti gue samarkan._. Oh iya gue, Tavi, sama Nami pernah cerita cerita gitu kita pengen banget kuliah di UI, biar bareng bareng gitu, gue lupa tapi jurusan apa -_- Nah waktu itu kita udah kompak banget deh! Tapi ya kayak biasa, kita udah pada misah sendiri sendiri :tsk:

Nah selanjutnya @Taasyaa



Oke cewek manis yang ada difoto ini namanya Tasya. Kalo Tasya ini kayaknya anaknya sibuk banget zzz -_- Menurut gue Tasya ini anaknya care, baik, lucu, terus suka bercandaan gituh
:woooh: Kalo dia deket sama siapa gue gak ngerti, kayaknya bukan sama anak twitter deh, lagian si Tasya ini jarang galau men! Menurut gue Tasya ini anaknya Gahoel abis, tapi jarang ketemuan sama anak anak twitter ._. Gue gak bisa cerita banyak banyak tentang Tasya nih xixi. Yang pasti dia anaknya baik kok, udah gitu eksis, cantik, gak pelit followback :woooh:

Yang terakhir kembaran gue *jenjeng* tapi versi beauty and the beast, of course dia beautynya @bellzart!



Cantikkan? Banget-_- Nah kalo Bella ini, yang naksir banyak men! Ya lo tau lah, eksis, cantik, pinter, baik, ramah, gimana cowok cowok gak pada ngantri :inlove: (Bell ini gue dari fakta, banya yang bilang suka sama lo, tapi curhatnya ke gue. xixi) Bella ini jago bahasa Inggris, trus pernah kesekolah pas istirahat bawa pizza di tepak makannyah ._. Bella ini enak buat diajakin ngobrol, trus Bella ini kadang suka ngeledekin -_- Terus ngeledekinnya sok tau nih kadang, gak nanya nanya dulu wkwk-_- Tapi dia gak ngeselin kok, dia baik, kao soal cowok rada terutup gitu, gue ubek ubek, nanya nanya, dia jawabnya malah muter muter-_- Padahal kayaknya cowok dia level atas juga :please:

Oke deh kayaknya itu dulu yang bisa gue kasih tau kekalian, temen temen yang lain jangan iri ya *pede lo rein*-_- Nanti gue describe juga kok yang ada di following gue. Oke deh bye bye pika26


readmore »»  
Specially from Unknown @ 06:34 0 comments
Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook
Newer Posts Older Posts
Subscribe to: Comments (Atom)
Copyright © 2012 The Other Side of Rain |